MAKALAH ANATOMI
FISIOLOGI MANUSIA
SISTEM OTOT
Disusun oleh :
CHRISTIANI SIANTURI
DEBORA
SUMARTI T
DEBY RYAN MUTHIAH
DEVI KHAIRUN NISA
DEVI RATNA
BIOLOGI DIK A 2011
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI MEDAN
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam
kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara organ satu dengan
organ lainnya, contohnya saja otot. Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi
untuk bergerak aktif. Selain itu otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang
bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus
dari sistem saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu
struktur filamen yang berukuran sangat kecil tersusun dari protein kompleks, yaitu
filamen aktin dan miosin.
Pada saat
otot berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan
energi dari mitokondria di sekitar miofibril. Oleh karena itu, banyak jenis
otot yang saling berhubungan walaupun jenis otot terdiri dari otot lurik, otot
jantung, dan otot rangka. Ketiganya mempunyai fungsi dan tujuan yang berbeda
pula.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa fungsi
otot bagi manusia?
2.
Apa
sajakah jenis-jenis otot pada manusia?
3.
Bagaimana
susunan kimia jaringan otot manusia?
4.
Darimana
sajakah sumber energi kontraksi pada otot manusia?
5.
Bagaimana
kontraksi otot pada manusia?
6.
Apa
sajakah gangguan pada sistem otot manusia?
1.2 Tujuan
Masalah
1.
Mengetahui
fungsi otot bagi manusia
2.
Mengetahui
jenis-jenis otot manusia.
3.
Mengetahui
susunan kimia jaringan otot manusia.
4.
Mengetahui
sumber energi kontraksi pada otot manusia.
5.
Mengetahui
kontraksi otot pada manusia.
6.
Mengetahui
gangguan pada sistem otot manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1.
Sistem Otot
Sistem otot adalah
sistem tubuh yang memiliki fungsi seperti untuk alat gerak, menyimpan glikogen
dan menentukan postur tubuh. Terdiri atas otot polos, otot jantung dan otot
rangka. Otot merupakan
alat gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulit dan rambut setelah
mendapat rangsangan. Otot memiliki tiga kemampuan khusus yaitu :
1. Kontraktibilitas
: kemampuan untuk berkontraksi / memendek.
2. Ekstensibilitas : kemampuan untuk melakukan gerakan kebalikan
dari gerakan yang ditimbulkan saat kontraksi.
3. Elastisitas : kemampuan otot untuk kembali pada
ukuran semula setelah berkontraksi. Saat kembali pada ukuran semula otot
disebut dalam keadaan relaksasi.
2.2. Fungsi
Otot
Otot
dapat berkontraksi karena adanya rangsangan. Umumnya otot berkontraksi bukan
karena satu rangsangan, melainkan karena suatu rangkaian rangsangan
berurutan.rangsangan kedua memperkuat rangsangan pertama dan rangsangan ketiga
memeprkuat rangsangan kedua . dengan demikian terjadilah ketegangan atau tonus
yang maksimum . tonus yang maksimum terus – menerus disebut tetanus.
Otot
mempunyai 4 fungsi utama yaitu, kontraktilitas, eksitabilitas, ekstensibilitas
dan elastisitas.
1. Contractility (kontraktilitas) adalah kemampuan otot untuk
memendek dengan kekuatan tertentu. Ketika otot berkontraksi, hal tersebut
menyebabkan pergerakan struktur internal otot (filamen otot) dan akan
menngakibatkan tekanan pada organ dan pembuluh darah.
2. Excitability (eksitabilitas) adalah kemampuan otot untuk merespon
stimulus, dimana umumnya otot, khususnya otot rangka berkontraksi sebagai
akibat stimulasi oleh saraf. Otot polos dan jantung dapat berkontraksi tanpa
stimulus luar, tetapi keduanya juga berkontraksi akibat stimulus saraf dan
hormon.
3. Extensibility (ekstensibilitas) adalah dapat meregang pada panjang
tertentu dengan derajat tertentu.\
4. Elasticity (elastisitas) adalah kemampuan otot untuk kembali
ke kondisi semula setelah melakukan proses meregang.
2.3. Prinsip All or
None
Otot sebagai alat gerak aktif memiliki sifat iritabilitas yang ditunjukkan
dengan proses menanggapi rangsang (mengenal dan merespon rangsang/stimulus)
yang mengenainya secara langsung, tanpa tergantung pada jaringan saraf yang biasa
mengaktifkannya. Kondisi iritabilitas otot dapat melemah jika otot telah
mengalami kelelahan dan kembali ke kondisi maksimum apabila tersuplai oleh
nutrisi dan oksigen yang cukup. Perlu diperhatikan bahwa prinsip all or none
pada otot hanya berlaku pada setiap sel otot rangka, bukan pada gumpal otot
atau otot secara umum serta pada sel otot jantung. Hal ini berarti bahwa
apabila suatu sel otot rangka atau serabut otot diberikan stimulus di atas
ambang ataupun ambang, maka sel otot akan berkontraksi penuh. Tetapi sebaliknya
apabila stimulus yang mengenai sel otot berada di bawah ambang/subminimal maka
sel otot tidak akan berkontraksi sama sekali. Stimulus bawah ambang dapat
menimbulkan respon kontraksi dengan syarat diberikan secara berkali-kali dengan
rentang waktu yang cepat (sumasi stimulus).
Sangat berbeda pada otot atau jaringan otot, prinsip all or none tidak bisa
berlaku pada jaringan ini. Pada sel otot makin kuat stimulus yang diberikan
maka kekuatan kontraksinya tetap, sedangkan pada jaringan otot makin kuat
stimulus yang diberikan maka makin kuat pula kekuatan kontraksinya. Hal ini
terkait dengan adanya unit-unit motorik pada jaringan otot, dimana setiap unit
motorik (serabut saraf motorik) tunggal akan bercabang > 100 cabang kecil yang
masing-masing cabang akan mensyarafi sel otot. Bagian ujung saraf yang melekat
pada otot biasanya disebut dengan motor end plate atau myoneural
junction. Satu serabut saraf motor tunggal beserta dengan sel-sel otot yang
disarafi dikenal dengan istilah unit motor.
Apabila suatu saraf motor teraktivasi, maka semua sel-sel otot yang disarafinya
berkontraksi secara simultan. Semakin banyak saraf motor yang diaktifkan maka
makin banyak pula sel-sel otot yang berkontraksi. Jadi makin kuat stimulus yang
mengenai saraf motor maka semakin banyak unit motor yang diaktifkan sehingga
kontraksi otot semakin kuat.
Prinsip All or None pada
Kontraksi Sel Otot Rangka
Otot sebagai alat gerak aktif memiliki sifat iritabilitas yang ditunjukkan
dengan proses menanggapi rangsang (mengenal dan merespon rangsang/stimulus)
yang mengenainya secara langsung, tanpa tergantung pada jaringan saraf yang
biasa mengaktifkannya. Kondisi iritabilitas otot dapat melemah jika otot telah
mengalami kelelahan dan kembali ke kondisi maksimum apabila tersuplai oleh
nutrisi dan oksigen yang cukup. Perlu diperhatikan bahwa prinsip all or none
pada otot hanya berlaku pada setiap sel otot rangka, bukan pada gumpal otot
atau otot secara umum serta pada sel otot jantung. Hal ini berarti bahwa
apabila suatu sel otot rangka atau serabut otot diberikan stimulus di atas
ambang ataupun ambang, maka sel otot akan berkontraksi penuh. Tetapi sebaliknya
apabila stimulus yang mengenai sel otot berada di bawah ambang/subminimal maka
sel otot tidak akan berkontraksi sama sekali. Stimulus bawah ambang dapat
menimbulkan respon kontraksi dengan syarat diberikan secara berkali-kali dengan
rentang waktu yang cepat (sumasi stimulus).
Sangat berbeda pada otot atau jaringan otot, prinsip all or none tidak bisa
berlaku pada jaringan ini. Pada sel otot makin kuat stimulus yang diberikan
maka kekuatan kontraksinya tetap, sedangkan pada jaringan otot makin kuat
stimulus yang diberikan maka makin kuat pula kekuatan kontraksinya. Hal ini
terkait dengan adanya unit-unit motorik pada jaringan otot, dimana setiap unit
motorik (serabut saraf motorik) tunggal akan bercabang > 100 cabang kecil
yang masing-masing cabang akan mensyarafi sel otot. Bagian ujung saraf yang
melekat pada otot biasanya disebut dengan motor end plate atau myoneural
junction. Satu serabut saraf motor tunggal beserta dengan sel-sel otot yang
disarafi dikenal dengan istilah unit motor.
Apabila suatu saraf motor teraktivasi, maka semua sel-sel otot yang disarafinya
berkontraksi secara simultan. Semakin banyak saraf motor yang diaktifkan maka
makin banyak pula sel-sel otot yang berkontraksi. Jadi makin kuat stimulus yang
mengenai saraf motor maka semakin banyak unit motor
2.4.
Pembagian
Jenis – Jenis Otot
2.4.1.
Pembagian otot berdasarkan strukturnya
2.4.1.1. Otot Rangka ( Otot
Lurik )
Otot kerangka adalah otot yang melekat pada kerangka. Bagian tubuh kita
yang berdaging merupakan otot kerangka. Otot ini disebut juga otot lurik,
karena jika dilihat dari samping, serabut otot ini memperlihatkan suatu pola
serat melintang atau bergaris. Irisan melintang otot ini memperlihatkan
beribu-ribu serabut otot. Serabut-serabut itu tersusun dalam berkas-berkas yang
sejajar, dan terikat sesamanya oleh jaringan penyambung yang dilalui oleh
pembuluh darah dan saraf. Ukuran diameter otot ini 50 mikron dengan panjang 2,5
cm.
Gambar 2.1. Otot Lurik
Contoh otot kerangka adalah otot bisep dan trisep, yang terletak pada
lengan atas. Otot lurik berbentuk silindris panjang, mempunyai inti banyak yang
terletak di tepi. Cara kerja otot lurik dan kontraksinya menurut kehendak kita
dan di bawah kesadaran kita. Gerakan otot kerangka cepat dan kuat, tetapi mudah
lelah yang disebabkan oleh penumpukan asam laktat pada sel-selnya.
Otot kerangka dapat berkontraksi bila diberikan rangsangan karena diinervasi
oleh saraf sadar atau motoris. Rangsangan tersebut bisa berupa panas, kimia,
mekanis, dan elektris. Sumber energi untuk kontraksi otot adalah ATP.
Gambar 2.2. Otot Lurik pada Lengan
Setiap otot rangka pada umumnya memiliki satu atau lebih hubungan atau
perlekatan dengan tulang. Namun ada beberapa otot rangka yang tidak memliki
perlekatan sama sekali dengan tulang. Misalnya otot lidah. Pada umumnya otot
melekat pada dua tulang yang berbeda. Ujung otot yang melekat pada tulang
disebut tendon. Ujung otot yang
melekat pada bagian tulang yang yang lebih diam disebut origo, sedangkan ujung otot yang melekat pada bagian tulang yang
digerakkan disebu insersio.
2.4.1.2. Otot Polos
Otot polos disebut juga
otot tak sadar atau otot alat dalam (otot viseral). Otot polos tersusun dari
sel – sel yang berbentuk kumparan halus. Otot polos dibentuk oleh sel-sel otot
yang terbentuk dari gelendong dengan kedua ujung meruncing, serta mempunyai
satu inti tunggal. Kontraksi otot polos tidak menuruk kehendak, tetapi
dipersarafi oleh saraf otonom. Otot polos terdapat pada alatalat daam tubuh,
misalnya pada :
-
Dinding saluran
pencernaan
-
Saluran – saluran
pernafasan
-
Pembuluh darah
-
Saluran kencing dan
kelamin
Gambar 2.3. Otot Polos
2.4.1.3. Otot Jantung
Struktur otot jantung menyerupai
otot lurik, tetapi letak inti selnya di
tengah. Selain itu, bentuk selnya bercabang. Pada setiap percabangan, terdapat
jaringan pengikat yang dinamakan diskus interkalaris. Otot jantung memiliki
ciri-ciri cepat bereaksi terhadap rangsangan, tahan lelah dan dipengaruhi
oleh susunan saraf tidak sadar. Susunana saraf ini adalah saraf kembar (nervus
vagus) yang bersifat parasimpatis. Sel-sel jantung mendapat makanan dari arteri
koronaria. Selama manusia, jantung terus terus berkontraksi dan jumlah
kontraksi setiap menit adalah 72 kali. Kontraksi jantung akan meningkat
dengan rangsangan hormon adrenalin.
Gambar 2.4. Otot Jantung
Gambar 2.5. Tiga tipe jaringan otot
Tabel 2.1. Perbedaan otot lurik, otot
polos dan otot rangka
2.4.2. Pembagian otot berdasarkan fungsinya
Fungsi pertama otot yaitu alat gerak
aktif, terjadi bila venter otot mendapatkan rangsang, kemudian contraksi maka
akan menggerakan tualang-tulang yang dilekatinya, ini dilakukan oleh otot
rangka. Berdasarkan proses tersebut maka otot dapat dikelompokkan :
2.4.2.1. Kelompok
otot yang saling memebantu dan berlawanan
- Otot saling membantu (otot sinergis), yaitu beberapa otot yang bekerja pada satu sendi da saling membantu sehingga memberikan gerakan semacam.
Contohnya : M. bisep brachii (otot bisep lengan atas)
dengan m cocarobrachialis gerakan fleksi (bengkoknya lengan bawah).
2. Otot saling
berlawanan (antagonis), yaitu dua atau lebih otot yang bekerja pada satu sendi
dan saling berlawanan arahnya sehingga gerakanya saling menghambat otot yang
satu dengan yang lainya. Contohnya pada otot bisep lengan atas dengan otot
trisep lengan atas (m trisep brachii). Bisep menyebabkan gerakan fleksi pada
lengan sedang trisep menyebabkan gerakan extensi (meluruskan) lengan.
2.4.2.2. Kelompok
otot berdasarkan gerak dasar tertentu :
- Otot fleksor : otot yang menyebabkan gerakan fleksi (membengkokan tulang) misalnya M bisep brachii membengkokan lengan bawah.
- Otot extensor : otot yang menyebabkan gerakan extensi (meluruskan tulan) misalnya : M trisep brachii meluruskan lengan bawah.
- Otot abductor : otot yang menyebabkan gerakan abduksi (menjauhi tubuh), misalnya m deltoideus menyebabkan abduksi lengan atas pada sendi bahu.
- Otot adductor : otot yang menyebabkan gerakan adduksi (mendekati tubuh), misalnya m pectoralis mayor (otot dada besar) menyebabkan gerakan adduksi lengan atas pada sendi bahu, jadi berlawanan dengan m deltoideus.
- Otot pronator : otot yang menyebabkan gerakan pronasi (memutar kebawah) misalnya : m prenator kwadratus memutar telapak tangan sehingga tertelungkup yang selalu bekerja sama secara sinergis dengan m prenator.
- Otot supinator : otot yang menyebabkan gerakan memutar/ke luar (supinasi). Misalnya : m brachii yang memutar lengan bawah sehingga telapak tangan menengadah.
- Otot rotator : otot yang menyebabkan gerakan rotasi (memutar). Misalnya : m gluteus maximus yang menyebabkan gerakan rotasi ke dalam tungkai atas pad sendi pangkal paha.
2.4.2.3. Kelompok otot yang bekerja
pada satu sendi atau lebih.
- Otot monoartikuler, otot yang hanya melalui satu sendi dan bekerja pada satu sendi tersebut. Misalnya : m brachiodialis.
- Otot polyarticuler, otot yang melewati lebih dari satu sendi dan bekerja lebih dari satu sendi. Misalnya : m hamstring pada daerah pangkal paha dan bekerja pada sendi pangkal paha dan lutut.
2.5.
Kimia
Jaringan Otot
2.5.1.
Struktur Otot Rangka
Fascia adalah jaringan yang membungkus dan mengikat jaringan lunak. Fungsi:
mengelilingi otot, menyedikan tempat tambahan otot, memungkinkan struktur
bergerak satu sama lain. Otot rangka merupakan
kumpulan fasciculus (berkas sel otot berbentuk silindris yang diikat
oleh jaringan ikat). Seluruh serat otot dihimpun menjadi satu oleh jaringan
ikat yang disebutepimysium (fascia). Setiap fasciculus dipisahkan oleh
jar.ikat perimysium
Di dalam fascicle, endomysium mengelilingi 1 berkas sel otot.
Di antara endomysium & berkas serat otot tersebar sel satelit yang berfungsi dalam perbaikan jaringan otot yang rusak.
Di dalam fascicle, endomysium mengelilingi 1 berkas sel otot.
Di antara endomysium & berkas serat otot tersebar sel satelit yang berfungsi dalam perbaikan jaringan otot yang rusak.
Gambar 2.6. Berkas otot dan bagian - bagiannya
2.5.2.
Anatomi
Mikroskop Sel Otot
2.5.2.1. Myofibril
Dengan
mikroskop cahaya myofibril tampak memiliki bagian cerah (cakram I) dan gelap
(caktam A), bila menggunakan pewarnaan hematoksilin besi (Heidenheia). Inilah
yang memberikan aspek bergaris melintang baik pada otot kerangka maupun otot
jantung. Garis melintang ini dapat diamati pada:
- Otot kerangka yang masih hidup
- Otot segar tanpa menggunakan
pewarnaan
- Otot setelah mengalami fiksasi
dan di warnai
Pada
satu serabut otot kerangka terdapat ribuan myofibril, sedangkan tiap myofibril
memiliki ratusan myofilamen yang bersifat submikroskopis.
2.5.2.2.
Myofilamen
Myofilamen
terdiri dari 2 macam yaitu:
1. Filament
Miosin
Sering
disebut filament kasar (coarse filaments), berdiameter 100 Angstrom dan
panjangnya 1,5 µ. Filamen ini membentuk daerah A atau cakram A. Filamen ini
tersusun pararel dan berenang bebas dalam matriks. Bagian tengah agak tebal
dari bagian tepi. Fungsi dari myosin adalah sebagai enzim katalisator yang berperanan
memecah ATP menjadi ADP+ energi, dan energi ini digunakan untuk
kontraksi.
2.
Filamen Aktin
Panjangnya
1µ dan diameternya 50 Angstrom, terpancang antara 2 garis Z. Bagian tengahnya
langsing dan elastis. Filamen ini membentuk cakram I, meskipun sebagian masuk
ke dalam cakram A. Aktin dan myosin tersusun sejajar dengan sumbu memanjang
serabut otot skelet.
Pada
sediaan histologi yang baik selain cakram I dan A, tampak pula garis Z dan H
bahkan garis M.
- Garis Z (Zwischenschreibe)
atau intermediate disc:
Berupa garis tipis dan gelap yang
membagi cakram I sama rata. Daerah antara 2 garis Z disebut “sarkomer”
yang panjangnya sekitar 1,5µ.
- Garis H (Helleschreibe):
Terdapat dalam cakram A. Merupakan bagian agak cerah di kanan-kiri garis M, yang bebas dari unsur aktin.
- Garis M (Mittelschreibe):
Terdapat di tengah-tengah cakram A,
suatu garis yang disusun oleh bagian tengah filamen myosin yang menebal.
Jadi
dalam 1 sarkomer terdapat garis-garis Z-I-A-H-M-H-A-I-Z (tepatnya interval
antara 2 garis Z, 1 pita A, dan ½ dari 2 garis I).
Gambar 2.7. Struktur mikroskopis
Sarkomer
2.5.3.
Struktur
Suatu Sarkomer
1.
Sarkomer
terdiri:
- filamen tebal,
- filamen tipis,
- protein yang menstabilkan posisi filamen tebal & tipis, &
- protein yang mengatur interaksi antara filamen tebal & tipis.
- filamen tebal,
- filamen tipis,
- protein yang menstabilkan posisi filamen tebal & tipis, &
- protein yang mengatur interaksi antara filamen tebal & tipis.
2. Pita
gelap (pita/ bands A an-isotropic); pita terang (pita/bands I isotropic)
3. Filamen
tebal terdapat di tengah sarkomer Pita A, terdiri 3 bagian:
- garis M( garis Miosin)
- garis M( garis Miosin)
- zona H( zona Heller yang berarti
bercahaya)
- dan zona overlap
4. Filamen
tebal terdapat pada pita I;
5. garis
Z merupakan batas antara 2 sarkomer yang berdekatan & mengandungprotein
Connectins yang menghubungkan filamen tiois pada sarkomer yang berdekatan.
2.5.4. Struktur
Filamen Tipis (Filamen Aktin)
Filamen-filamen aktin terdiri dari suatu protein (BM= 43.000) yang
berbentuk bola (globular) dan disebut aktin G. Molekul-molekul
aktin G ini tersusun seperti untaian mutiara, bersama-sama membentuk
suatu filament aktin F (serat), yang membentuk double
helix dengan suatu puntiran tiap 36 nm. Alur pilinan ganda ini
merupakan struktur dasar dari filamen-filamen aktin.
Protein-protein pengatur tertentu berikatan pada filament-filamen aktin.
Protein-protein tersebut adalah tropomiosin (bergelung
melingkar satu sama lain), merupakan molekul protein dengan panjang 40 nm,
terletak dalam alur yang terbentuk antara kedua untaian filamen aktin F.
Protein lainnya adalah troponin yang terletap pada kedua ujung
tropomiosin. Ada 3 sub unit troponi: troponin I, troponin
T, dan troponin C.
Gambar 2.8 : Struktur
filamen tipis
Keterangan:
- Tn T (Troponin T) e. Head
- Tn C( Troponin C) f. Rod
- Tn I ( Troponin I) h. Myosin light chain
- Aktin
2.5.5. Struktur Filamen Tebal (
Filamen Myosin)
Filamen-filamen myosin, terdiri atas protein myosin (BM= 460.000), dan
panjang molekulnya 150 nm. Dengan menggunakan enzim tripsin molekul-molekul
myosin dapat diuraikan dalam 2 subunit: meromiosin ringan (LMM) yang
berbentuk batang dengan panjang 85 nm, danmeromiosin berat (HMM). Meromiosin
berat terdiri atas bagian yang berbentuk batang yang membentang terus ke dalam
bagian LMM, dan struktur globular pada bagian ujungnya yaitu kepala myosin.
Molekul myosin lentur karena kedua sub unit dapat bergerak antara satu dan
lainnya.
Filament-filamen myosin terdiri atas kumpulan padat molekul-molekul myosin
dengan bagian yang berbentuk gagang terbentang sejajar dengan sumbu panjang
filament. Kepala myosin terletak pada ujung dari molekul ynag bersebrangan
dengan garis M dan dengan memakai mikroskop elektron terlihat membentuk
gambaran seperti jembatan. Polarisasi dari filament-filamen myosin dengan
kepala-kepala menjauhi garis M diyakini sebagai alasan mengapa proyeksi atau
jembatan-jembatan melintang tak terdapat pada bagian tengah pita H, sehingga
terbentuk pita H semu (“daerah kosong” dari Huxley)
Kepala-kepala myosin tersusun dalam suatu spiral sepanjang filament myosin
dengan jarak 42 nm tiap putaran spiral. Hal ini menghasilkan pembentukan 6
baris kepala myosin pada permukaan filament myosin.
2.6. Sumber Energi Untuk Kontraksi Otot
Proses
kontraksi-relaksasi otot mutlak memerlukan energi. Sumber energi otot untuk
berkontraksi adalah dalam bentuk "mata uang energi" yaitu Adenosine
Tri Phosphate (ATP). ATP adalah suatu senyawa yang jika dihidrolisis akan
menghasilkan energi tinggi. Nah energi inilah yang digunakan untuk proses
gerakan kontraksi-relaksasi otot. Tidak heran bahwa salah satu peran otot
adalah sebagai transducer energi. Otot memiliki peran dalam perubahan energi
kimia (potensial) menjadi energi mekanik (gerakan, kinetik).
2.6.1. Energi dapat diperoleh dengan 5 cara:
- ATP ATP ase ADP + H3PO4 + energi untuk kontraksi ......(1)
- Fosfokreatin + ADP ATP ase Kreatin + ATP ....................(2)
- Glukosa asam laktat + energi untuk sintesis fosfokreatin....(3)
- 2ADP miokinase dan Mg2+ ATP + AMP .........................................(4)
- 1/5 Asam laktat + O2 H2O + CO2 + Energi
4/5 asam laktat Glikogen....(5)
2.6.1. ATP
merupakan "mata uang energi" untuk otot
Hidrolisis
ATP akan menghasilkan ADP dan Phosphat dan energi. Energi yang dihasilkan
melalui proses kimia ini akan digunakan dalam pergerakan kepala myosin terhadap
aktin sehingga ada mekanisme "sliding filament". ATP di dalam otot
berada bebas di sitoplasma dan nantinya akan terikat pada kepala myosin. Sumber
ATP di otot adalah ATP dalam bentuk bebas, proses hidrolisis kreatin fosfat,
proses glikolisis dan proses fosforilasi oksidatif.
Gambar 2.8. Mekanisme pembentukan ATP
2.6.2. Kreatin
fosfat merupakan molekul berenergi tinggi
Ketika otot
dalam keadaan istirahat, otot membentuk ATP lebih dari yang dibutuhkan untuk
metabolisme saat itu. ATP yang berlebih digunakan untuk mensintesis kreatin
fosfat, suatu molekul kaya energi yang hanya ditemukan di otot. Enzim kreatin
fosfokinase akan mentransfer fosfat energi tinggi dari ATP ke kreatin membentuk
kreatin fosfat. Bila dibutuhkan, kreatiin kinase akan kembali mentransfer
fosfat energi tinggi kembali ke ADP membentuk ATP. Nah ATP inilah yang akan
digunakan untuk energi kontraksi.
2.6.3. Glikolisis
tidak membutuhkan oksigen
Proses
glikolisis yaitu pembongkaran glukosa menjadi 2 molekul asam piruvat akan
menghasilkan 2 ATP untuk satu molekul glukosa. Proses glikolisis terjadi di
sitoplasma sel otot (sarkoplasma) yang membutuhkan enzim-enzim sebagai
katalisator reaksi. Proses ini terjadi cepat namun hasil ATP-nya sedikit.
Proses ini tidak memerlukan oksigen sehingga bisa terjadi dalam suasana anaerob
(tanpa ada oksigen) atau aerob (ada oksigen). Normalnya asam piruvat yang
dihasilkan oleh reaksi glikolisis akan memasuki mitokondria untuk menjalani
proses selanjutnya yang disebut fosforilasi oksidatif. Bila tidak tersedia
cukup oksigen maka jalur anaerobiklah yang akan dominan, asam piruvat tidak
masuk ke mitokondria tetapi dimetabolisme menjadi asam laktat.
2.6.4. Fosforilasi
Oksidatif
Apabila
kadar oksigen cukup maka asam piruvat akan memasuki mitokondria dan akan
teroksidasi menghasilkan energi dalam 36 ATP, energi panas, air dan CO2.
Walaupun terjadi lebih lambat dari proses glikolisis, tetapi untuk satu molekul
glukosa dihasilkan lebih banyak ATP yaitu 36 ATP. Sumber nutrisi untuk reaksi
ini tidak hanya dari glukosa namun bisa berasal dari asam amino dan asam lemak.
2.7. Mekanisme Hutang Oksigen
Selama kerja otot, pembuluh darah
otot melebar dan aliran darah meningkat sedemikian sehingga pasokan O2
yang tersedia meningkat. Sampai suatu titik tertentu, konsumsi O2
sebanding dengan energi yang dikeluarkan, dan semua kebutuhan energi dipenuhi
melalui proses erobik. Namun, bila kerja otot sangat kuat, resintesis aerobik
untuk simpanan energi tidak dapat mengikuti kecepatan penggunaannya. Dalam
keadaan demikian, fosforilkreatin tetap digunakan untuk sintesis ulang ATP.
Sebagian sintesis ATP dipenuhi dengan menggunakan energi yang dilepaskan
melalui penguraian anaerobik glukosa menjadi laktat. Penggunaan jalur anaerobik
bersifat self-limitting, karena meskipun terjadi difusi cepat laktat ke dalam
aliran darah, cukup banyak yang berkumpul di otot yang pada akhirnya melampaui
kapasitas dapar (buffer) jaringan dan menyebabkan penurunan pH yang menghambat
enzim. Akan tetapi, untuk jangka pendek, adanya jalur anaerobik untuk
penguraian glukosa memungkinkan kerja otot yang jauh lebih besar daripada bila
tidak ada jalur tersebut. Misalnya, pada lari cepat 100 meter yang berlangsung
10 detik, 85% energi yang dipakai diperoleh secara anaerobik; pada lomba lari 2
mil yang berlangsung 10 menit 20% energi diperoleh secara anaerobik; dan pada
lomba lari jauh yang berlangsung 60 menit, hanya 5% energi yang diperoleh dari
metabolisme anaerobik.
Setelah selesainya satu masa kerja,
O2 ekstra digunakan untuk membuang sisa laktat, mengembalikan ATP
dan simpanan fosforilkreatin, serta mengganti sejumlah kecil O2 yang
berasal dari mioglobin. Jumlah O2 ekstra yang dipakai sebanding
dengan besarnya kebutuhan energi, selama berlangsungnya kerja, yang melampaui
kapasitas sistesis aerobik simpanan energi, yaitu batas terjadinya hutang
oksigen. Utang O2 diukur secara eksperimental dengan menetapkan
konsumsi O2 setelah kerja sampai konsumsi basal yang menetap
tercapai, dan mengurangi konsumsi basal dari jumlah keseluruhan. Jumlah hutang
oksigen ini dapat mencapai enam kali konsumsi O2 basal, menunjukkan
bahwa orang tersebut mampu melakukan kerja sebesar enam kalinya, yang tidak
mungkin dilakukan tanpa utang oksigen. Tampaknya utang maksimal dapat terjadi
dengan cepat atau lambat; kerja berat hanya mungkin untuk waktu singkat,
sedangkan kerja yang lebih ringan dapat berlangsung lebih lama.
Atlet yang terlatih dapat lebih
meningkatkan konsumsi O2 otot dibandingkan dengan orang tidak
terlatih, dan dapat menggunakan asam lemak bebas lebih efektif. Dengan demikian
mereka mampu melakukan kerja yang lebih berat tanpa menghabiskan simpanan
glikogennya dan tanpa meningkatkan pembentukan asam laktat. Karena itu, hutang
oksigennya lebih kecil untuk setiap beban kerja. Mereka juga dibiasakan makan
makanan tinggi karbohidrat selama beberapa hari sebelum pertandingan, yang akan
meningkatkan simpanan glikogen otot. Hal ini saja telah dapat meningkatkan
ketahanan.
2.8. Kontraksi
Otot
2.8.1.
Proses
Kontraksi Otot Rangka
Pada tahun
1955, Hansen dan Huxly, mengemukakan teori sliding
filaments (filamen yang bergeser) pada otot lurik. Mereka menyatakan bahwa
saat otot kontraksi tidak terjadi pemendekan filamen, namun hanya pergeseran
filamen-filamen. Melalui pengamatan dengan menggunakan mikroskop elektron dan
difraksi sinar X, Hansen dan Huxly menemukan dua set filamen, yaitu aktin
dan miosin. Aktin dan miosin
tersebut bergeser sehingga otot dapat memendek dan memanjang saat otot
berkontraksi dan berelaksasi. Filamen tersebut terdapat di dalam sarkomer.
Sarkomer terdapat dalam sel otot. Jumlah filamen dalam satu sarkomer dapat
mencapai ratusan hingga ribuan filamen, bergantung jenis ototnya.
Filamen-filamen tersebut membangun 80% massa sarkomer. Perhatikan Gambar .
Gambar 2.9. (a)
Otot rangka pada vertebrata dari tingkat otot sampai tingkat molekul yang
membangunnya.
(b) Posisi aktin
dan miosin saat relaksasi dan kontraksi
Transmisi impuls dari saraf ke otot
rangka melalui sinapsis neuro muscular. Otot rangka diinervasi oleh serabut
saraf yang bermielin yang asalnya sebagian besar dari medula spinata akhir dari
saraf membuat hubungan dengan otot lewat sinapsis neuro muscular. Sinap akso
muscarini terjadi penghantaran rangsang dari serabut saraf ke otot. Dimana
neuro transmiternya berupa asetil kolin yang akan ditangkap oleh reseptornya
pada membran sel otot. Kemudian akan timbul potensial aksi disepanjang membran
otot yang akan menyebabkan kontraksi otot. Terdapat tubulus T(transverse
tubulus) yang merupakan suatu kanal yang masuk ke sel otot, yang berada di
samping miofibril. Potensial aksi pada membran sel otot akan mencapai miofibril
melalui tubulus T. Disekitar miofibril terdapat retikulum sarkoplasmik yang
mengitari miofibril. Ketika potensial aksi mencapai retikulum sarkoplasmik maka
menyebabkan pompa Ca2+ dari retikulum sarkoplasmik ke miofibril.
Miofibril tersusun dari komponen aktin dan miosin. Filamen
aktin tanpa kehadiran kompleks tropomiosin-tropomin akan berikatan kuat dengan
miosin jika ada magnesium dan ATP. Pada kenyataanya terdapat kompleks
tropomin-tropomiosin yang menutup sisi aktif pada aktin sehingga tidak terjadi
ikatan antara aktin dan miosin.
Sebelum kontraksi dimulai kepala
dari miosin berikatan dengan ATP. ATPase pada kepala miosin secara cepat akan
memecah ATP menjadi ADP dan Pi. Pada tahap ini konformasi dari kepala miosin
akan bergerak ke depan tegak lurus terhadap aktin, tanpa berikatan dengan
aktin. Selanjutnya sekresi ion kalsium dari retikulum sarkoplasmik dalam jumlah
besar sebagai respon dari potensial aksi. Ion kalsium akan berikatan dengan
troponin, dimana troponin pada tahap selanjutnya akan menggerakkan tropomiosin
menjauhi sisi aktif dari aktin. Kemudian kepala miosin akan berikatan dengan
aktin pada sisi aktif itu. Ikatan antara kepala miosin dan sisi aktif aktin
menyebabkan perubahan konformasi dari kepala miosin, menyebabkan kepala miosin
menarik filamen aktin bergerak ke arah garis M. Terjadi overlaping antara
filamen aktin yang menyebabkan pemendekan pada zona H dan zona I zona A tetap. Ketika kepala miosin bergerak miring menuju
garis M terjadi pelepasan ADP and Pi. Hal ini akan menyediakan sisi ikatan baru
untuk ATP. Ikatan ATP dengan kepala miosin akan menyebabkan lepasnya ikatan
antara kepala miosin dengan aktin. Setelah kepala lepas dari aktin molekul ATP
baru yang terikat tadi akan dipecah menjadi ADP dan Pi. Kemudian kepala miosin akan berikatan dengan
sisi aktif aktin yang baru. Proses ini akan berlangsung lagi dan lagi sampai
aktin tertarik sampai garis M.
Gambar 2.10. Kontraksi Otot Rangka
Bila
tidak ada rangsangan, maka tidak ada pembebasan Ca2+, tidak
ada perlekatan aktin myosin sehingga otot tetap beristirahat. Jembatan silang
saling menganggur, dengan menggunakan energy dari pemecahan ATP, ADP dan Pi
dibebaskan ke luar jembatan silang. Bila jembatan silang menerima ATP baru maka
jembatan silang akan terlepas dari aktin, dan kembali ke posisi semula.
2.8.2.
Proses
kontraksi Otot Polos
Meskipun
organisasi internal otot polos kurang jelas, namun melalui pengamatan dengan
mikrosop electron, diketahui adanya jembatan silang antara filament tebal dan
tipis, sehingga diyakini mekanisme kontraksi otot polos mirip pergeseran
filamen seperti pada otot bergaris melintang.
Kontraksi
otot polos seperti pada otot rangka dan jantung, sangat tergantung pada
konsentrasi Ca2+ interseluler. Perbedaannya terletak pada mekanisme
pengaturan kontraksi oleh Ca2+ troponin,
maka sebagai penggantinya, Ca2+ mengaktifkan
otot polos dengan pengaturan rantai myosin (myosin-linked regulation). Myosin
otot polos dapat berinteraksi dengan aktin jika myosin rantai ringan
difosforilasi. Ion Ca2+ mengatur
fosforilasi myosin rantai ringan secara tidak langsung dengan jalan
berkombinasi dengan protein pengikat Ca2+
(kalmodulin). Kompleks kalmodulin- Ca2+ mengaktifkan “myosin rantai ringan
kinase”, yang memfosforilasi myosin rantai ringan kemudian memulai kontraksi
dan memelihara siklus jembatan silang terus berjalan selama Ca2+ masih tersedia. Kontraksi dengan
penguraian rantai myosin ini juga terjadi pada otot Moluska dan beberapa
kelompok invertebrate yang lain serta pada system kontraktil aktin miosin non
otot.
Karena
system tubulus T yang terorganisasi seperti pada otot rangka tidak ada, dan
reticulum sarkoplasma biasanya sangat kurang luas, maka hubungan
eksitasi-kontraksi pada otot polos juga agak berbeda dengan otot rangka. Ion Ca2+
yang mengaktifkan kontraksi otot sebagian besar berasal dari
cairan ekstraseluler, sedangkan dari reticulum sarkoplasma hanya sedikit.
Depolarisasi pada sarkolema menyebabkan permeabilitasnya terhadap Ca2+ meningkat,
sehingga Ca2+ berdifusi masuk
ke sarkoplasma (mengikuti gradient konsentrasi) untuk memulai kontraksi.
Kontraksi berakhir bila Ca2+ dikeluarkan
dari sarkoplasma dengan memompa kembali Ca2+ keluar sel. Ada
beberapa sel otot polos yang reticulum sarkoplasmanya membentuk tautan bercelah
dengan sarkoplasmanya.
Otot
polos dapat diaktifkan secara spontan oleh saraf, hormone, dan pada beberapa
kasus oleh regangan otot. semua sumber eksitasi aktif umumnya meningkatkan
konsentrasi Ca2+ intraseluler.
2.8.3.
Peranan
Ion Kalsium Dalam Kontraksi Otot Rangka
setiap
ujung akson saraf motor akan berakhir pada sel otot. Persambungan (sinapsis)
antara ujung akson dengan sel otot ini dikenal sebagai cawanujung motor atau
persambunga saraf otot. Bila implus saraf sampai pada ujung akson saraf motor,
ia akan memicu pembebasan asetilkolin, yaitu suatu neurontransmitter pada ujung
prasinapsis saraf motor. Asetilkolin akan menyebar ke celah sinapsis, kemudian
akan melekat pada reseptor yang terdapat pada membrane subsinapsis. Interaksi
antara asetilkolin dengan reseptor yang menyebabkan peningkatan permeabillitas
membrane sel otot (sarkolema). Depolarisasi ini akan dirambatkan sebagai implus
sepanjang sarkolema. Implus yang melalui T tubulus akan menyebabkan ion Ca2+
yang tersimpan dalam reticulum sarkoplasma dibebaskan ke dalam sitoplasma. Ca2+
yang tersebar dalam sitoplasma tersebut kemudian melekat pada troponin
(subunit TnC). Akibat dari melekatnya Ca2+
pada troponin ini, maka tropomiosin akan bergeser, sehingga tempat
perlekatan myosin pada aktin terbuka. Dengan terbentuknya tempat perlekatan
myosin ini maka jembatan silang myosin akan melekat pada aktin (terbentuk
aktomiosin). Melalui siklus jembatan silang berkali-kali (50-100 kali), maka akan terjadilah proses
kontraksi. Kontraksi akan berakhir apabila Ca2+ yang melekat pada troponin secara aktif
ditarik kembali ke dalam reticulum sarkoplasma. Ca2+ dari troponin akan menyebabkan molekul
tropomiosin menutup kembali semua tempat perlekatan myosin pada filament aktin,
dan otot kembali relaksasi.
Otot dapat mengalami gangguan atau sakit, dan pada
umumnya gangguan pada otot berhubungan dengan
kekacauan homoestatis. Gangguan tersebut mungkin karena kekurangan zat makanan
tertentu, terkumpulnya produk-produk beracun, penyakit, luka, lama tidak
berfungsi, atau kesalahan hubungan saraf. Bebarapa gangguan otot pada manusia
diantaranya :
1.
Kejang otot
Kejang otot
atau lebih dikenal dengan istilah kram
adalah ketegangan otot yang sangat kuat, hal ini dapat
terjadi kerena cuaca dingin, aktivitas yang terlalu berat, serta tidak tidak
seimbangnya ion dan air didalam tubuh. Gejala
kram adalah timbulnya rasa sakit dan nyeri yang luar biasa.
Apapun pencegahan terjadinya adalah adalah menjaga otot agar tidak terlalu
lelah dan rileks
2. Keseleo
Penyebab
terjadinya keseleo adalah tertariknya atau tendon
didaerah persendian, dan jika terlalu
keras bisa menyebabkan putusnya otot, mencegah
keseleo adalah dengan berhati-hati dalam
beraktivitas.
3. Nyeri otot
Nyeri
otot terjadi karena alirah darah yang terhambat,
sehingga menyebabkan peredaran darah tidak lancar, nyeri biasanya dialami oleh
orang yang berusia lanjut dan ada kecendrungan kambuh pada cuaca dingin.
Pencegahan nyeri adalah dengan cara mengkonsumsi makanan yang bergizi dan olah
raga yang teratur, dan bila otot nyeri dapat dilakukan pijatan ringan atau
menggosoknya dengan minyak gosok atau minyak angin.
- Miastenia Gravis
Miastenia
grafis adalah penyakit yang menyebabkan otot menjadi
lemah dan cenderung lumpuh.penyakit ini biasanya menyerang sekitar kelopak mata,
muka, leher dan anggota gerak lainya.
- Polio
Polio
adalah infeksi virus yang menyerang pada otot pengendali,
polio dapat menyebabkan mengecilnya kaki sehingga menyebabkan penderitanya
menjadi lumpuh. ciri-ciri orang yang
terserang virus
polio adalah panas tinggi dan kejang-kejang, pencegahanya
adalahdengan memberikannya imunisasi polio pada usia balita secara rutin.
- Kelelahan Otot
Kelelahan otot adalah suatu keadaan
di mana otot tidak mampu lagi melakukan kontraksi sehingga mengakibatkan
terjadinya kram otot atau kejang-kejang otot.
6.
Astrofi Otot
Astrofi otot adalah penurunan fungsi
otot akibat dari otot yang menjadi kecil dan kehilangan fungsi kontraksi.
Biasanya disebabkan oleh penyakit poliomielitis.
7.
Distrofi Otot
Distrofi otot adalah suatu kelainan
otot yang biasanya terjadi pada anak-anak karena adanya penyakit kronis atau
cacat bawaan sejak lahir.
8.
Kaku Leher / Leher Kaku / Stiff
Kaku leher adalah suatu kelainan
yang terjadi karena otot yang radang / peradangan otot trapesius leher karena
salah gerakan atau adanya hentakan pada leher serta menyebabkan rasa nyeri dan
kaku pada leher seseorang.
9.
Hipotrofit Otot
Hipotrofit otot adalah suatu jenis
kelainan pada otot yang menyebabkan otot menjadi lebih besar dan tampak kuat
disebabkan karena aktivitas otot yang berlebihan yang umumnya karena kerja dan
olahraga berlebih.
10. Hernis
Abdominal
Hernis abdominal adalah kelainan
pada dinding otot perut yang mengakibatkan penyakit hernia atau turun berok,
yaitu penurunan usus yang masuk ke dalam rongga perut.
BAB III
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Sistem otot adalah
sistem tubuh yang memiliki fungsi seperti untuk alat gerak, menyimpan glikogen
dan menentukan postur tubuh. Otot
merupakan
alat gerak aktif yang mampu menggerakkan tulang, kulit dan rambut setelah
mendapat rangsangan. Otot mempunyai 4 fungsi utama yaitu, kontraktilitas,
eksitabilitas, ekstensibilitas dan elastisitas.
Sangat
berbeda pada otot atau jaringan otot, prinsip all or none tidak bisa berlaku
pada jaringan ini. Pada sel otot makin kuat stimulus yang diberikan maka
kekuatan kontraksinya tetap, sedangkan pada jaringan otot makin kuat stimulus
yang diberikan maka makin kuat pula kekuatan kontraksinya Pembagian otot dibagi
menjadi beberapa jenis. Berdasarkan strukturnya, otot dibedakan menjadi otot
rangka, otot polos, dan otot jantung. Berdasarkan gerak dasarnya dibedakan
menjadi otot fleksor, otot extensor, otot abductor, otot adductor, otot pronator, otot supinator, otot rotator. Berdasarkan otot yang bekerja pada satu sendi
atau lebih yakni otot
monoartikuler dan otot polyarticuler. Berdasarkan kelompok otot yang saling memebantu dan berlawana yaitu otot
sinergis dan antagonis.
Mekanisme
hutang oksigen adalah penggunaan jalur glikolisis anaerobik akibat
ketidakseimbangan energi (ATP) dan oksigen dengan kontraksi otot yang terjadi.
Dan setelah kontraksi selesai, hutang ini harus dibayar kembali dengan glikolisis
anaerobik.
Mekanisme kontaksi
otot rangka dan otot jantug terjadi dengan bantuan Ion Ca2+ yang
membuka kompleks troponin-tropomiosin pada aktin. Ion Ca2+ juga membantu pengikatan troponin pada
sisi aktif aktin sehingga menyebabkan kepala miosin menarik filamen aktin bergerak ke
arah garis M. Terjadi overlaping antara filamen aktin yang menyebabkan
pemendekan pada zona H dan zona I zona A tetap. Hingga akhirnya akan terbentuk
sisi ikatan baru untuk ATP. Kemudian kepala miosin akan berikatan dengan sisi
aktif aktin yang baru. Proses ini akan berlangsung lagi dan lagi sampai
akhirnya terjadi relaksasi. Mekanisme kontraksi otot polos hampir sama dengan
kontraksi otot rangka. Perbedaannya hanya pada Ca2+
yang mengaktifkan otot polos
dengan pengaturan rantai myosin (myosin-linked regulation). Otot dapat
mengalami gangguan atau sakit, dan pada umumnya gangguan
pada otot berhubungan dengan kekacauan homoestatis. Gangguan tersebut mungkin
karena kekurangan zat makanan tertentu, terkumpulnya produk-produk beracun,
penyakit, luka, lama tidak berfungsi, atau kesalahan hubungan saraf.
Daftar Pustaka
Guyton. 2006. Medician
of physiologi. Jakarta. EGC
Irianto,
Kus. 20004. Struktur Dan fungsi Manusia
Untuk Paramedis. Bandung: Yrama Widya.
Raven. P.2000. Atlas Anatomi. Jakarta: djambatan.
Setiadi. 2007. Anatomi Fisiologi Manusia. Surabaya. Graha Ilmu. l
Setyawan,
Risfandy. 2012. http://and1volleyball.blogspot.com/2012/08/sumber-sumber-energi-dan-metabolisme.html#!/2012/08/sumber-sumber-energi-dan-metabolisme.html (Diakses pada
tanggal 10 Februari 2013)
Sinaga,
Erlintan dan Melva Silitonga. 2011. Anatomi
Fisiologi Tubuh Manusia. Medan: Universitas Negeri Medan